12.24.2009

Cerita Kopi

Have I told you that writing is one of my passion to really enjoy my time. Yes, I love writing a lot although the result is not good as professional ones. So call me amateur writer (And soon become the professional one of course. Amin)

Here is my another piece titled "Cerita Kopi"
 












Dalam segala keterbatasan melodi,
Sang pemimpin orkestra melambaikan jemarinya,
Menatap para pemusik dengan haru,
Seraya berucap kata mati dan berhenti.

Orkestra itu hanya terdiri dari segelintir manusia,
Tidak dapat dikatakan mereka hidup atau mati,
Musik yang dimainkan berada pada nada rendah,
Hingga membuat harmonisasi kelam dan hitam.

Pemimpin orkestra hanya termangu dan diam,
Dia tak tahu lagi harus berbuat apa,
Sudah tiga purnama dan tujuh fajar mereka berlatih,
Namun hasilnya nihil, bahkan minus.

Rasanya tempat bermusik yang dahulu mencipta karya,
Berbalik menjadi palung sengsara,
Dimana tak terlihat lagi aura gilang gemilang,
Hanya kosong terbentang, belaka sunyi menantang.

Gurun akhirnya membubarkan orkestra itu dalam kekecewaannya,
Berkata untuk tak perlu lagi hadir esok hari,
Begitupun dengan lusa ataupun esok minggu,
Ya.. Pemimpin orkestra itu adalah Gurun.

Tak pernah ada yang tahu mengapa Ia bernama Gurun,
Dirinya pun tak ingin bersusah payah untuk mencari tahu,
Yang Ia tahu Gurun berarti padang pasir yang tandus,
Sama halnya seperti hatinya yang tandus.

Gurun masih memandangi kertas-kertas nada yang rumit,
Lalu pergi ke ruang lain untuk memenuhi hasratnya,
Hasrat yang selalu timbul setelah Ia lelah bermusik,
Sebuah cangkir, air panas, dan kopi aroma baru menunggunya.

Ini adalah kesekian cangkir kopi dalam kurun waktu tiga bulan,
Rasa dan aroma kopi yang tidak pernah sama setiap harinya,
Kemudia gurun menyentuh kopi itu dengan bibirnya,
Sayang bukan kopi ini jawaban atas kebimbangannya.

Gurun menghabiskan kopi itu dalam sekali teguk,
Lidahnya membara akan rasa panasnya,
Namun Ia tak perduli,
Gurun telah mati.

Setelah hari itu,
Gurun berkelana untuk mengecap setiap cangkir kopi yang ada,
Ia akan berhenti sampai saatnya tiba,
Saat dimana gurun mendapat cerita dalam secangkir kopinya.

-Pamungkas, 7:13 PM 5/28/2009-

*Picture: http://morkork.deviantart.com/art/coffee-68172331

1 comment:

Anonymous said...

Pang, sumpah!! Mending tulisan2 lo yang ciamik ini dibukuin aja. As a proof that you wrote it. Keren banget!! :')