5.28.2013

Day 14 Untill Day 16

Cinta Sepasang Kaos Kaki

Aktifitas rutin setiap akhir pekannya adalah menyelesaikan cucian baju yang telah menumpuk selama satu minggu sebelumnya.
Bukannya pria itu tak mau untuk melakukannya setiap pagi, namun hanya pada saat akhir pekan itu dia sedikit bersahabat dengan waktu.

Dalam lima hari berturut-turut dia harus bertemu dengan himpitan waktu. Untuk sekedar melaksanakan tugasnya agar dapat menyambung hidup dalam sebuah cubicle berwarna oranye. Berkarya untuk sebuah ide yang dituangkannya dalam tulisan. Tentang kisah. Tentang mimpi. Tentang asa. Tentang khayalan. Tentang realita. Lain halnya dengan pria pada umumnya yang menyukai berbagai alat elektronik keluaran terbaru atau mengumpulkan berbagai replika dengan harga yang tak masuk akal, dia hanya mempunyai satu hobi selama 24 tahun hidupnya, yaitu menulis.

Apabila dia telah bersama hobinya yang sekaligus adalah pekerjaannya, dia dapat menghabiskan waktu selama berjam-jam atau bahkan lupa untuk sekedar menutup matanya selama berhari-hari. Masih di dalam cubicle oranye itu. Namun entah mengapa setelah 2 tahun, 8 bulan, dan 28 hari dia mengenal cubicle oranye itu, dia merasa dingin yang menusuk tulang. Terlalu dingin.

Pernah suatu kali dia mencoba cubicle lain, namun anehnya dia tidak dapat menulis sama sekali. Hanya cubicle oranye itu yang dapat memenuhi hasratnya. Sayangnya terlalu dingin. Dia butuh sesuatu. Dia mencari sesuatu untuk membunuh dingin yang menusuk. Sampai akhirnya dia mendapatkan sepasang kaos kaki di cubicle oranye itu. Tanpa pesan. Tanpa bungkus. Lalu dia berpikir mungkin ini adalah hadiah atas pencariannya. Sepasang kaos kaki untuk menemaninya menulis dalam cubicle oranyenya.

Saat ini sudah tak terhitung lagi jumlah pasang kaos kaki yang dimilikinya. Berbagai warna dan motif. Tersimpan rapi dalam lacinya. Ya, selain menulis dia saat ini mempunyai kegemaran lain yaitu mengumpulkan kaos kaki. Dan aktifitas akhir pekannya bertambah dengan mencuci lima pasang kaos kakinya. Lalu dia jemur di tempat yang teduh agar wanginya tak menguap dengan panas.


Source: http://stefanusgracious.deviantart.com/art/Kaos-Kaki-167006840

Sampai pada suatu akhir pekan, dia menyadari bahwa dia tak pernah menjemur kaos kakinya berdekatan dengan pasangannya. Tapi pada akhirnya dia selalu melipat kaos kakinya sesuai dengan pasangannya sebelum menyimpannya di laci. Mungkin ini yang dia lihat tentang cinta. Hal yang tak pernah dituangkan dalam tulisannya. Cinta yang dapat dia gambarkan sebagai sepasang kaos kaki. Walaupun mereka tak selalu bersatu karena terpisah jarak, namun pada akhirnya kembali bersama dalam satu biduk. Mereka dengan rela untuk sama-sama berwangi tak sedap, namun pada akhirnya kembali harum. Mereka tak berguna saat pasangannya tiada, namun menjadi dicintai bila bersama. Mereka adalah sepasang kaos kaki. Mereka sempurna dalam ketidaksempurnaannya.

No comments: