1.04.2013

Apa Kabar, Mam?


Hujan kembali datang malam ini. Begitupun dengan rindu ini.
Tanpa ada pertanda, hanya rasa yang sama.

Aku ingat akan pesanmu. Saat itu hujan menyapa bumi yang ditemani panggilan Gusti Allah pasca senja.
Seketika kau berucap: ‘Bersandarlah dan panjatkan sujudmu hanya untuk Allah, yakinlah agar mimpimu suatu saat akan menjadi kenyataan.
Saat ini hujan Nak, yang berarti berkahNya berlipat ganda.
Maka pergilah berwudhu dan sampaikan pujianmu hanya untukNya.’

Bahkan pesanmu itu yang selalu membuatku mencintai hujan, walaupun banyak manusia lain yang berkeluh kesah.
Ya, aku percaya bahwa diantara jutaan rintik hujan, terselip jawab atas pintaku kepadaNya.

Dari sekian banyak pintaku kepadaNya, ada satu hal yang sering kali kuucapkan dalam hati. Aku memohon kepadaNya agar selalu menjagamu, baik di dunia ini maupun kehidupan setelahnya.

Aku sangat merindukanmu. Rindu yang sangat sederhana dari seorang anak kepada mamanya. Rindu untuk bercerita dan mendapat tanggapan serta dukungan akan semua cita. Rindu untuk dapat mencium tangan dan meminta restu agar seluruh urusannya dilancarkan.

Terakhir kita bertemu adalah di bulan kesepuluh tahun 2012. Mungkin orang dapat berkata itu waktu yang sekejap, tapi bagiku rasanya menahun. Semoga Allah senantiasa mengirimkan malaikatNya untuk menjagamu dan mengijinkan kita untuk bertemu.

Dalam masa penantian itu, aku takkan pernah bosan untuk bertanya kepadamu dengan dukungan berbagai macam teknologi karena jarak masih merupakan jelaga.
Apa kabar, Mam? Anakmu merindukanmu.