1.24.2010

"Tiga Kisah"

Another scratch that i made. It's kind of sad story between rainbow, rain, and sun in earth overview. Yes, still related to love.. :)













Dalam senja umurnya,
Bumi tak pernah lelah untuk terus berputar,
Melihat berbagai fenomena yang membuatnya tersenyum,
Namun seringkali membuatnya tertunduk sedih.

Kala sang bumi sedih,
Langitpun menjadi harapannya,
Jarak yang begitu jauh membuat bumi sadar bahwa langit tak pernah akan bisa tergapai olehnya,
Entah itu dalam hitungan tahun ataupun abad,
Karena memang mereka ditakdirkan untuk tak bersama,
Melainkan saling melengkapi dan memandang satu sama lain.

Saat sang bumi telah merelakan hubungan yang tak bersatu itu,
Ia tetap senantiasa melihat kepada langit,
Hingga menyadari bahwa terdapat kisah yang lebih menyayat daripada kisahnya dengan sang langit,
Kisah yang terjadi antara para sahabat lamanya,
Dan akhirnya sang bumi pun bersenandung..

Pelangi yang cantik dengan lekuk tubuhnya yang terbalut warna,
Selalu datang setelah hujan pergi,
Menyambut sang mentari dengan penuh gairah.

Sayangnya warna indah sang pelangi tersamar akan terangnya sang mentari,
Yang gagah perkasa memancarkan auranya,
Hingga sang mentari tak pernah menyadari akan sambut cinta sang pelangi.

Sedangkan hujan yang damai dan sejuk selalu menangis karena rindunya kepada sang pelangi,
Yang tak pernah terlihat saat hujan datang.

Pelangi, hujan, dan mentari bagaikan tiga kisah yang tak pernah selesai,
Namun mereka selalu memberikan indahnya kepada diriku.

Ya, diriku yang selalu melihat kisah miris mereka.

-Malang, 240110-
*Picture: http://katherinedavis.deviantart.com/art/Rainbow-117055129

1.23.2010

"Sang Darah"













Manusia...
Tercipta dari segumpal darah dan setetes air mani,
Berjalan dalam suatu proses rumit,
Dimana hanya Dia yang mampu melakukannya.

Segumpal darah akan terus tumbuh,
Berkembang layaknya pohon yang kokoh,
Mengalir layaknya kotoran dalam pipa-pipa,
Ya... Darah akan tetap menjadi darah.

Darah yang semula suci dan merah,
Akan berubah menjadi hitam dan pekat,
Diracuni oleh segala kebusukan manusia,
Hingga busuk layaknya nanah yang berbau menusuk.

Begitulah saat diri ini meracuni darah,
Dengan pikiran dan hati yang terlalu hina,
Dan melihat segala sesuatunya dalam kacamata negatif,
Tanpa daya serta upaya untuk mengobatinya.

Segumpal darah ini telah hilang kesuciannya,
Iri, ingkar, dan amarah menjadi teman sang darah,
Perlahan namun pasti,
Segala rasa itu akan membunuh sang darah.

Manusia yang senantiasa berdarah,
Pada akhirnya akan mati,
Namun mereka mempunyai pilihan,
Apakah akan meracuni sang darah atau
Mengobati sang darah hingga menjadi suci kembali.

-Malang, 220110-

*Picture: http://curi0us-blasphemy.deviantart.com/art/Blood-and-Water-64221637